Bledug Kuwu, Antara Legenda Joko Linglung dan Penelitian Ilmiah
GROBOGAN-
Nama Bledug Kuwu sering membuat penasaran orang yang mendengarnya. Destinasi
wisata berupa fenomena kawah lumpur(mud vulcano) ini tak seperti kawah lumpur di Porong Sidoharjo.
Ada suara letupan seperti meriam bila terdengar dari kejauhan. Hal inilah yang
membuat destinasi wisata di Desa Kuwu,
Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan ini cukup moncer. Cukup membayar tiket
masuk sebesar Rp 3 ribu, pengunjung bisa menikmati fenomena alam ini.
Berada di areal seluas
sekitar 45 hektar, fenomena kawah lumpur
(mud volcano) dengan suara
“Bledug..bledug..bleduk...” ini oleh warga sekitar diberi nama Bledug. Karena
berada di Desa Kuwu, maka destinasi ini diberi nama Bledug Kuwu.
Ada dua letupan lumpur
di Bledug Kuwu, yakni di sebelah timur dan di sebelah barat. Masyarakat
setempat menyebut bledug besar yang terletak di sebelah timur dengan nama Joko
Tuwa dan yang terkecil di sebelah barat dengan nama Roro Denok. Kini ketinggian
letupan lumpur hanya sekitar 1 meter saja, tak
setinggi yang dulu.
Lumpur dari kawah ini
airnya mengandung garam, sehingga oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk
dipakai sebagai bahan pembuat garam dan bleng. Karenanya di Bledug Kuwu juga
ditemukan area produksi garam dan bleng secara tradisional.
GARAM : Air dari letupan lumpur bledug kuwwu dimanfaatkan untuk membuat garam oleh warga sekitar. |
Caranya adalah dengan
mengalirkan air dari bledug ke area
produksi garam. Kemudian air ditaruh ke dalam glagah (batang bambu yang dibelah
menjadi dua), lalu dikeringkan. Konon garam bledug digunakan oleh juru masak
raja-raja karena memiliki rasa lebih gurih dari garam biasa.
Selain garam dan bleng,
lumpur bledug juga menjadi komoditi yang oleh penduduk sekitar dijual di area
Bledug karena konon lumpur dipercaya bisa mengobati jerawat dan membuat kulit
wajah mulus. Lumpur itu dikemas dalam botol bekas air mineral dan dijajakan di
area objek wisata.
Legenda dan Analisis Ilmiah
Dari sudut pandang
legenda yang diceritakan secara turun-temurun, disebutkan bahwa Bledug Kuwu
terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan
(Samudera Hindia). Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari Laut
Selatan menuju Kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar
yang telah berubah menjadi buaya putih (bajul puteh) di Laut Selatan.
Joko Linglung yang
berwujud ular naga besar itu melakukan perjalanan bawah tanah. Sehingga
diyakini, ada “hubungan bawah tanah” antara Laut Selatan dengan Bledug Kuwu.
Secara ilmiah
kegeologian, fenomena Bledug Kuwu mirip dengan semburan lumpur di sumur Lapindo
Sidoarjo. Jika di Sidoarjo, terjadi karena dampak pengeboran sumur minyak/gas,
sedangkan di Kuwu diyakini semburan terjadi alamiah. (RE)
0 Response to "Bledug Kuwu, Antara Legenda Joko Linglung dan Penelitian Ilmiah"
Posting Komentar